WARDES -- Pemerintah Kabupaten Tabanan, Bali memaksimalkan fungsi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menggerakkan dan meningkatkan ekonomi rakyat. Saat ini, Tabanan telah memiliki 68 BUMDes dari total 133 desa yang tersebar di wilayah Tabanan.
Artinya, 50% desa di Tabanan sudah memiliki badan usaha. Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti menjelaskan, pemerintah Tabanan hadir dalam BUMDes dengan memberikan modal BUMDes yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp200 juta tiap BUMDes.
"Tahun ini targetnya menjadi 100 BUMDes. Mudah-mudahan tahun depan semua desa punya BUMDes yang memasarkan produk olahan petani kita kepada pasar bebas," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bapelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja menjelaskan, Tabanan menerapkan konsep kemandirian bagi petani di mana petani sebagai penanam, pengolah, sekaligus pemasar dari produknya pertaniannya.
Dalam hal ini peran BUMDes sangat penting bagi petani Tabanan. BUMDes bertugas untuk membeli produk olahan dari petani dengan menyesuaikan harga di pasar sehingga tidak merugikan petani Tabanan.
"Jadi petani diam di rumah, produk diambil oleh BUMDes, uangnya BUMDes dikasih oleh pemerintah Rp200 juta untuk beli produk secara cash ke petani," jelas dia.
Baca Juga: Kunci Sukses Ni Putu Eka Wiryastuti Menjadi Pemimpin Wanita
Selanjutnya, BUMDes akan menjual produk olahan petani Tabanan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMDa) Tabanan. Proses pemasaran terakhir akan dilakukan oleh BUMDa melalui konsiliasi dengan perusahaan.
Untuk meningkatkan produk pertanian, maka Tabanan memiliki konsep pertanian tematik yang diterapkan pada lima desa. Konsep tersebut dikenal dengan nama Nikosake atau kependekan dari empat produk unggulan, yaitu nira, kopi, salak, dan kelapa.
Ida Bagus menjelaskan, setiap desa memiliki produk unggulan. Lima desa tersebut meliputi Desa Wanagiri dengan produk unggulannya kelapa serta sedikit salak.
Lalu Desa Belimbing dengan produk unggulannya nira, di Desa Belimbing juga ditemukan kelapa dan salak dengan jumlah yang tidak dominan.
Selanjutnya, Desa Sesandan dengan empat komoditas tersebut. Adapula Desa Lumbung dengan produk unggulannya kopi Lea dan salak. Serta Desa Lumbung Kauh yang menghasilkan kelapa serta diolah menjadi berbagai produk seperi sabun.
Dengan peran BUMDes yang sifatnya jemput bola kepada produk Usaha Kecil Menengah (UKM) di pedesaan, maka Tabanan bisa memaksimalkan peran kaum wanita. Tercatat 70% dari petani pengilah produk adalah wanita.
More
Artinya, 50% desa di Tabanan sudah memiliki badan usaha. Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti menjelaskan, pemerintah Tabanan hadir dalam BUMDes dengan memberikan modal BUMDes yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp200 juta tiap BUMDes.
"Tahun ini targetnya menjadi 100 BUMDes. Mudah-mudahan tahun depan semua desa punya BUMDes yang memasarkan produk olahan petani kita kepada pasar bebas," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bapelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja menjelaskan, Tabanan menerapkan konsep kemandirian bagi petani di mana petani sebagai penanam, pengolah, sekaligus pemasar dari produknya pertaniannya.
Dalam hal ini peran BUMDes sangat penting bagi petani Tabanan. BUMDes bertugas untuk membeli produk olahan dari petani dengan menyesuaikan harga di pasar sehingga tidak merugikan petani Tabanan.
"Jadi petani diam di rumah, produk diambil oleh BUMDes, uangnya BUMDes dikasih oleh pemerintah Rp200 juta untuk beli produk secara cash ke petani," jelas dia.
Baca Juga: Kunci Sukses Ni Putu Eka Wiryastuti Menjadi Pemimpin Wanita
Selanjutnya, BUMDes akan menjual produk olahan petani Tabanan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMDa) Tabanan. Proses pemasaran terakhir akan dilakukan oleh BUMDa melalui konsiliasi dengan perusahaan.
Untuk meningkatkan produk pertanian, maka Tabanan memiliki konsep pertanian tematik yang diterapkan pada lima desa. Konsep tersebut dikenal dengan nama Nikosake atau kependekan dari empat produk unggulan, yaitu nira, kopi, salak, dan kelapa.
Ida Bagus menjelaskan, setiap desa memiliki produk unggulan. Lima desa tersebut meliputi Desa Wanagiri dengan produk unggulannya kelapa serta sedikit salak.
Lalu Desa Belimbing dengan produk unggulannya nira, di Desa Belimbing juga ditemukan kelapa dan salak dengan jumlah yang tidak dominan.
Selanjutnya, Desa Sesandan dengan empat komoditas tersebut. Adapula Desa Lumbung dengan produk unggulannya kopi Lea dan salak. Serta Desa Lumbung Kauh yang menghasilkan kelapa serta diolah menjadi berbagai produk seperi sabun.
Dengan peran BUMDes yang sifatnya jemput bola kepada produk Usaha Kecil Menengah (UKM) di pedesaan, maka Tabanan bisa memaksimalkan peran kaum wanita. Tercatat 70% dari petani pengilah produk adalah wanita.
More
0 comments:
Post a Comment